“Setiap penelitian memiliki nilai, jadi tidak
ada penelitian yang sia-sia.” Itu adalah kalimat pamungkas saya ketika
mencari ide untuk penelitian. Sedikit cerita, waktu tesis kemarin saya
mengangkat tema stunting yang
kemudian saya lihat berdasarkan suku. Desain yang saya gunakan cukup sederhana
yakni cross sectional, lalu muncul
banyak pertanyaan dari sekitar “Sekelas S2 cross
sectional doang nih?” Ada juga yang bertanya, “Lalu beda sama S1 apa?
Desain penelitian itu harusnya meningkat.” Munculnya banyak pertanyaan
menandakan banyak yang sayang sama saya dan peduli dengan penelitian (positive thinking). Tapi semua itu
selalu saya jawab dengan sederhana sembari meminta doa, “Doakan ini berjalan
lancar dan terbaik ya.” Then case closed
J
Intinya, yakin dan percaya sama proposal yang udah ditangan karena kalau kita
sendiri tidak yakin, disenggol dikit bisa langsung ‘putar haluan’.
Hal
menarik saat tesis adalah memasukan SUKU sebagai variabel penelitian yang
sebenarnya di Indonesia belum banyak penelitian terkait suku. Ketika memilih
suku Papua, sebenarnya bisa saja penelitian saya lakukan di Yogyakarta karena
boleh dikatakan bahwa jumlah putra/i Papua cukup banyak di Yogyakarta. Namun ada
satu hal yang ingin saya lakukan untuk membangun Papua yakni melakukan
penelitian kesehatan di sana. And finally,
saya dibantu dosen-dosen pembimbing memutuskan untuk melaksanakan penelitian di
Kota Jayapura. Pertanyaan lainnya muncul, “Kenapa harus kota? Kok tidak
pedalaman?” Jawabannya adalah karena saya mempertimbangkan variabel lain
tentunya, jadi harus dilaksanakan di kota.
Ketika segala hal terkait proposal
sudah siap, saya mulai melakukan proses perijinan. Perjalanan saya kurang lebih
seperti di bawah ini:
DALAM
KAMPUS – PEMERINTAH PROV. YOGYAKARTA – PEMERINTAH PROV. PAPUA – SEKOLAH
*dalam
kampus: mengurus surat pengantar,
perijinan di Komisi Etik FK UGM
*Prov.
DIY: BALITBANGKES (akan
diberi surat pengantar ke pihak selanjutnya)
*Prov.
Papua: Surat dari BALITBANGKES
Prov. DIY dilanjutkan kepada Gubernur Prov. Papua - BALITBANGKES – Dinas
Pendidikan Kota
Proses
di atas memakan waktu ± 3 bulan, jadi bagi kalian yang nantinya ingin melakukan
penelitian antar pulau dan terkhusus bagi yang menggunakan desain kuantitatif, lakukanlah
perhitungkan waktu perijinan sebaik mungkin supaya tidak melenceng dari jadwal
penelitian. Oia, jadwal penelitian merupakan hal penting yang harus direncanakan – dilaksanakan – dievaluasi.
Kalau ketiga proses itu sudah kamu lakukan, urusan ini itu pasti bukanlah
masalah yang besar.
Dalam
merencakan penelitian saya mempertimbangkan beberapa hal yakni kondisi keamanan, akses, teknis pelaksanaan
dan biaya. Karena penelitian saya
kemarin bukanlah penelitian hibah, tentu dana yang saya keluarkan benar-benar
saya atur sedemikian baiknya supaya tetap berada pada zona nyaman versi dompet
saya. Alokasi dana penelitian kemarin ialah untuk:
- Perijinan
di Komisi Etik
- Cetak
proposal dan kuesioner
- Pembelian
dan persewaan alat ukur antropometri
- Ucapan
terimakasih kepada responden dan pihak sekolah
- Enumerator
- Sewa
kendaraan + bensin
Kemudian
untuk memperoleh enumerator saya mempunyai cara yang berbeda yakni: membaca banyak tesis di perpustakaan > membuka lembar informed
consent > mencari nomor peneliti > menghubungi peneliti. Peneliti
yang saya hubungi ini adalah kakak kelas yang melakukan penelitian di Jayapura
dan beliau mau membantu saya memperoleh enumerator. Kemudian beliau menghubungkan
saya dengan salah seorang enumerator dan dari situ saya memperoleh 5 enumerator
lainnya.
Selain itu saya juga menggunakan
media sosial dan bantuan dari teman, melalui kedua cara itu saya memperoleh 4
enumerator tambahan. Jadi total enumerator saya waktu itu adalah 10 orang.
Jumlah enumerator sebanyak 10 orang memang saya pilih untuk efisiensi
pelaksanaan. Pertimbangan saya kala itu ialah:
- Jumlah siswa yang harus diukur
lebih dari 1.000 siswa
- Jadwal pengukuran yang cukup
singkat (1-2 jam/hari/sekolah)
Oia,
ketika penelitian di tempat yang jarang atau bahkan belum pernah dikunjungi
jangan lupa lakukan observasi
terlebih dahulu. Bisa observasi langsung ataupun bertanya kepada orang memang
mengetahui lokasi dengan cukup baik. Karena pada waktu itu saya tidak bisa
melakukan kunjungan langsung saya pun mencari kenalan dari orang ke orang untuk
memperoleh informasi yang lebih akurat, jelas dan rinci tentang rencana lokasi
penelitian saya. Dari informasi yang saya peroleh, kemudian saya mulai
menyaring lokasi penelitian dan mengalokasikan waktu penelitian. Informasi yang
saya peroleh bukan hanya seputar letak sekolah akan tetapi akses dan
keterjangkaun menuju sekolah. Ternyata banyak sekolah yang masih masuk dalam
wilayah Kota Jayapura akan tetapi tidak dapat saya jangkau karena alasan
keamanan, akses dan waktu tempuh yang cukup jauh yakni sekitar 2-3 jam dari
tengah kota.
Banyak
hal tak terduga yang saya dan tim temui ketika pengambilan data, misalnya ada
sekolah yang mengijinkan pengukuran akan tetapi tidak mengijinkan adanya
pemberian kuesioner, ada juga sekolah yang tingkat kehadiran siswanya sangat
rendah dan alasan yang diberikan ialah “Lagi
musim hujan, Mbak. Jadi banyak siswa yang meliburkan diri di rumah.” Dan
masih banyak lagi hal-hal tidak terduga lainnya.
Hal
tidak terduga tentu akan mempengaruhi proses pengambilan data sehingga saya
sangat menganjurkan teman-teman yang nantinya akan melakukan penelitian di
daerah dan menggunakan desain kuantitatif dengan jumlah sampel yang besar
alokasikanlah: ‘waktu dan biaya tak
terduga’.
Saya
juga ingin menyampaikan, kalau ada kekhawatiran
ketika memusatkan ide dan memikirkan teknis pelaksanaan persiapkanlah plan A, B, C buat berjaga-jaga, sehingga
tidak perlu panik apabila yang direncanakan tidak sesuai dengan yang ada di
lapangan. Kemudian kalau ada masalah di
lapangan lihatlah itu menjadi sebuah tantangan. Be positive and everything will be okay!
Tanamkan
semangat berbagi dan jangan jemu untuk menggali sesuatu yang baru, karena hal
tersebut akan membuka pandangan kita menjadi lebih luas. BERKARYALAH J
Bila ada diskusi dan pertanyaan lanjutan yang ingin disampaikan, bisa melalui comment di bawah ini atau secara langsung menghubungi narasumber melalui email bernadethawindy@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar