PENELITIAN KUANTITATIF DI TIMUR INDONESIA // Windy Kristy Sumongga, S.Gz, MPH - Bergizi_OnlineSharing

Selasa, 29 Agustus 2017

PENELITIAN KUANTITATIF DI TIMUR INDONESIA // Windy Kristy Sumongga, S.Gz, MPH



            “Setiap penelitian memiliki nilai, jadi tidak ada penelitian yang sia-sia.” Itu adalah kalimat pamungkas saya ketika mencari ide untuk penelitian. Sedikit cerita, waktu tesis kemarin saya mengangkat tema stunting yang kemudian saya lihat berdasarkan suku. Desain yang saya gunakan cukup sederhana yakni cross sectional, lalu muncul banyak pertanyaan dari sekitar “Sekelas S2 cross sectional doang nih?” Ada juga yang bertanya, “Lalu beda sama S1 apa? Desain penelitian itu harusnya meningkat.” Munculnya banyak pertanyaan menandakan banyak yang sayang sama saya dan peduli dengan penelitian (positive thinking). Tapi semua itu selalu saya jawab dengan sederhana sembari meminta doa, “Doakan ini berjalan lancar dan terbaik ya.” Then case closed J Intinya, yakin dan percaya sama proposal yang udah ditangan karena kalau kita sendiri tidak yakin, disenggol dikit bisa langsung ‘putar haluan’.
            Hal menarik saat tesis adalah memasukan SUKU sebagai variabel penelitian yang sebenarnya di Indonesia belum banyak penelitian terkait suku. Ketika memilih suku Papua, sebenarnya bisa saja penelitian saya lakukan di Yogyakarta karena boleh dikatakan bahwa jumlah putra/i Papua cukup banyak di Yogyakarta. Namun ada satu hal yang ingin saya lakukan untuk membangun Papua yakni melakukan penelitian kesehatan di sana. And finally, saya dibantu dosen-dosen pembimbing memutuskan untuk melaksanakan penelitian di Kota Jayapura. Pertanyaan lainnya muncul, “Kenapa harus kota? Kok tidak pedalaman?” Jawabannya adalah karena saya mempertimbangkan variabel lain tentunya, jadi harus dilaksanakan di kota.
           



Ketika segala hal terkait proposal sudah siap, saya mulai melakukan proses perijinan. Perjalanan saya kurang lebih seperti di bawah ini:

DALAM KAMPUS – PEMERINTAH PROV. YOGYAKARTA – PEMERINTAH PROV. PAPUA – SEKOLAH

*dalam kampus:     mengurus surat pengantar, perijinan di Komisi Etik FK UGM
*Prov. DIY:              BALITBANGKES (akan diberi surat pengantar ke pihak selanjutnya)
*Prov. Papua:         Surat dari BALITBANGKES Prov. DIY dilanjutkan kepada Gubernur Prov. Papua - BALITBANGKES – Dinas Pendidikan Kota           

            Proses di atas memakan waktu ± 3 bulan, jadi bagi kalian yang nantinya ingin melakukan penelitian antar pulau dan terkhusus bagi yang menggunakan desain kuantitatif, lakukanlah perhitungkan waktu perijinan sebaik mungkin supaya tidak melenceng dari jadwal penelitian. Oia, jadwal penelitian merupakan hal penting yang harus direncanakan – dilaksanakan – dievaluasi. Kalau ketiga proses itu sudah kamu lakukan, urusan ini itu pasti bukanlah masalah yang besar.
            Dalam merencakan penelitian saya mempertimbangkan beberapa hal yakni kondisi keamanan, akses, teknis pelaksanaan dan biaya. Karena penelitian saya kemarin bukanlah penelitian hibah, tentu dana yang saya keluarkan benar-benar saya atur sedemikian baiknya supaya tetap berada pada zona nyaman versi dompet saya. Alokasi dana penelitian kemarin ialah untuk:
  1. Perijinan di Komisi Etik
  2. Cetak proposal dan kuesioner
  3. Pembelian dan persewaan alat ukur antropometri
  4. Ucapan terimakasih kepada responden dan pihak sekolah
  5. Enumerator
  6. Sewa kendaraan + bensin
           
            Kemudian untuk memperoleh enumerator saya mempunyai cara yang berbeda yakni: membaca banyak tesis di perpustakaan > membuka lembar informed consent > mencari nomor peneliti > menghubungi peneliti. Peneliti yang saya hubungi ini adalah kakak kelas yang melakukan penelitian di Jayapura dan beliau mau membantu saya memperoleh enumerator. Kemudian beliau menghubungkan saya dengan salah seorang enumerator dan dari situ saya memperoleh 5 enumerator lainnya.
            Selain itu saya juga menggunakan media sosial dan bantuan dari teman, melalui kedua cara itu saya memperoleh 4 enumerator tambahan. Jadi total enumerator saya waktu itu adalah 10 orang. Jumlah enumerator sebanyak 10 orang memang saya pilih untuk efisiensi pelaksanaan. Pertimbangan saya kala itu ialah:
  1. Jumlah siswa yang harus diukur lebih dari 1.000 siswa
  2. Jadwal pengukuran yang cukup singkat (1-2 jam/hari/sekolah)
           
            Oia, ketika penelitian di tempat yang jarang atau bahkan belum pernah dikunjungi jangan lupa lakukan observasi terlebih dahulu. Bisa observasi langsung ataupun bertanya kepada orang memang mengetahui lokasi dengan cukup baik. Karena pada waktu itu saya tidak bisa melakukan kunjungan langsung saya pun mencari kenalan dari orang ke orang untuk memperoleh informasi yang lebih akurat, jelas dan rinci tentang rencana lokasi penelitian saya. Dari informasi yang saya peroleh, kemudian saya mulai menyaring lokasi penelitian dan mengalokasikan waktu penelitian. Informasi yang saya peroleh bukan hanya seputar letak sekolah akan tetapi akses dan keterjangkaun menuju sekolah. Ternyata banyak sekolah yang masih masuk dalam wilayah Kota Jayapura akan tetapi tidak dapat saya jangkau karena alasan keamanan, akses dan waktu tempuh yang cukup jauh yakni sekitar 2-3 jam dari tengah kota.
            Banyak hal tak terduga yang saya dan tim temui ketika pengambilan data, misalnya ada sekolah yang mengijinkan pengukuran akan tetapi tidak mengijinkan adanya pemberian kuesioner, ada juga sekolah yang tingkat kehadiran siswanya sangat rendah dan alasan yang diberikan ialah “Lagi musim hujan, Mbak. Jadi banyak siswa yang meliburkan diri di rumah.” Dan masih banyak lagi hal-hal tidak terduga lainnya.
            Hal tidak terduga tentu akan mempengaruhi proses pengambilan data sehingga saya sangat menganjurkan teman-teman yang nantinya akan melakukan penelitian di daerah dan menggunakan desain kuantitatif dengan jumlah sampel yang besar alokasikanlah: ‘waktu dan biaya tak terduga’.
            Saya juga ingin menyampaikan, kalau ada kekhawatiran ketika memusatkan ide dan memikirkan teknis pelaksanaan persiapkanlah plan A, B, C buat berjaga-jaga, sehingga tidak perlu panik apabila yang direncanakan tidak sesuai dengan yang ada di lapangan. Kemudian kalau ada masalah di lapangan lihatlah itu menjadi sebuah tantangan. Be positive and everything will be okay!
            Tanamkan semangat berbagi dan jangan jemu untuk menggali sesuatu yang baru, karena hal tersebut akan membuka pandangan kita menjadi lebih luas. BERKARYALAH J


Bila ada diskusi dan pertanyaan lanjutan yang ingin disampaikan, bisa melalui comment di bawah ini atau secara langsung menghubungi narasumber melalui email  bernadethawindy@gmail.com



            

Tidak ada komentar: