The Health Movement in Remote Area : Gerakan Pencerah Nusantara // Maharani Jibbriellia - Bergizi_OnlineSharing

Rabu, 18 Oktober 2017

The Health Movement in Remote Area : Gerakan Pencerah Nusantara // Maharani Jibbriellia


 Gambar 1. Salah satu sesi pelatihan PN bersama Wanadri


Apa itu Pencerah Nusantara (PN)?
Gerakan ini adalah suatu bentuk kolaborasi interprofesi yang menempatkan tim untuk membantu memperkuat layanan kesehatan primer di daerah dan menanamkan pemahaman paradigma sehat di masyarakat.Tim PN terdiri atas tenaga kesehatan dan professional non kesehatan yang peduli terhadap persoalan kesehatan di daerah. Tim ditempatkan di satu lokasi untuk mengabdikan setahun waktunya hidup bersama masyarakat.
Dua belas purnama bergabung dalam Pencerah Nusantara membuka pandangan dan pengalaman yang sebelumnya belum pernah saya lihat, belum pernah saya rasakan, dan belum pernah saya alami.

Bagaimana Tim PN bekerja?
Satu tim Pencerah Nusantara akan bekerja sebagai tenaga kesehatan di puskesmas. Setahun jadi pegawai puskesmas gitu deh, hehe. Tapi kadang kami berlima jadi pemilik puskesmas lho, haha. Di awal-awal tuh masih jarang pegawai yang masuk. Bahkan pernah juga hanya kami berlima di hari jumat yang berjaga di puskesmas. Tapi itu pengalaman duuuluu di awal-awal, setelah satu tahun lewat, mereka mulai berubah.

Nah, tugas utama kami adalah menemukenali dan mengembangkan kapasitas aktor lokal di daerah. So, kami BPB(bukan pegawai biasa) #garing haha. Jam kerja kami juga tak mengenal waktu. Iya, karena tenaga kesehatan memang harusnya bekerja tidak terbatas pada jam kerja saja. Hampir setiap hari kami turun ke desa untuk melakukan penyuluhan, posyandu, pembinaan, atau sekedar kunjungan ke masyarakat. Kegiatan turun ke desa biasanya kami mulai sepulang dari pelayanan di puskesmas hingga sore hari. Bagi sebagian masyarakat yang sudah tua, pelayanan kesehatan di desa adalah harapan mereka sebab untuk ke puskesmas saja mereka tidak sanggup. Malamnya biasa kami isi dengan saling bercerita dan evaluasi, serta persiapan kegiatan esok.

Pengalaman setahun yang sangat menyenangkan sebab punya kesempatan mengabdikan ilmu di tempat baru. Kami banyak terisi dan belajar dari interaksi hidup bersama masyarakat. Selain itu, kami juga belajar untuk bekerja dalam tim dengan baik. Kami berlima sudah selayaknya keluarga. Memang tidak mudah membentuk tim solid, masing-masing harus bisa menekan ego agar tujuan yang sudah terpatri dari awal bisa terwujud. Pengalaman setahun yang luar biasa, yang tak terulang, dan tak terganti. Bakasnya seumur hidup.

Satu tim Pencerah Nusantara akan bekerja sebagai tenaga kesehatan di puskesmas. Program yang telah dibentuk di 1 lokasi penempatan berlangsung selama 3 tahun. Setiap tahun akan berganti tim. Tugas PN:
Tahun 1                : Survei kesehatan, analisis masalah, membuat program 3 tahun, inisiasi intervensi
Tahun 2                : intervensi program
Tahun 3                : intervensi program, survei hasil intervensi, closing program agar berkelanjutan
Tahun 4 & 5        : monev puskesmas jarak jauh oleh kantor PN (CISDI)
Rangkaian dari pembentukan, proses, hingga hasil program di daerah akan dijelaskan kepada stakeholders dan dipublikasi.



Apa beda Pencerah Nusantara dan Nusantara Sehat?
Nusantara Sehat (NS) adalah bentuk scale up atau adopsi program Pencerah Nusantara (PN) oleh Kementerian Kesehatan RI.Jika PN mengakomodir pemerhati kesehatan (professional di luar kesehatan) untuk bergabung, NS hanya khusus untuk tenaga kesehatan.Perbedaan waktu pengabdian juga berbeda, PN 1 tahun dan NS 2 tahun. Kami bersama-sama membantu pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama di daerah.

Gambar 2. Setelah turun dari ketek (perahu sebrang) untuk memberikan pengarahan teknis ke bidan desa tentang program puskesmas. Ini adalah kondisi di salah satu desa pada musim penghujan. Seluruh desa tergenang air selama beberapa bulan.


Trus apa saja yang dihadapi di penempatan?
1.       Kenyataan bahwa Indonesia itu luas banget
Perjalanan terjauh sebelum saya bergabung dengan PN adalah ketika KKN di Pulau Kei Kecil. Di Pulau kecil tersebut cukup menghabiskan waktu 3 jam saja untuk berjalan dari ujung ke ujung pulau. Tapi di Muara Enim, sepuluh jam pun belum cukup untuk mengelilingi satu kabupaten. Begitu luasnya hutan dan daratan Sumatra. Dimensi jarak menjadi berbeda bagi saya.
Pemisah antardesa adalah hutan karet yang luas atau sawit. Bahkan ada beberapa dusun yang harus masuk ke dalam hutan karet. Mereka hidup di sana, masyarakat menamakan “talang”. Akses jalan utama sudah lumayan baik (ukuran pedesaan), walaupun sangat banyak lubang besar sana-sini. Seru lho kalau pas musim hujan gitu. Naik motor rasanya dag-dig-dug takut kepleset lalu jguurr, mandi lumpur, haha #curhat.

2.     Gambaran akses dan lingkungan desa
Semua desa di penempatan berada di pinggir sungai. Jika musim penghujan tiba, banyak desa akan tergenang air selama berbulan-bulan. Positifnya adalah ikan melimpah dan bisa memancing di depan rumah. Negatifnya muncul berbagai masalah kesehatan. Bahkan beberapa tahun lalu pernah terjadi KLB diare.
Listrik sudah masuk desa kami, 24 jam. Tetapi mati listrik hampir setiap hari terjadi, berkali-kali. Kayak dimainin setan gitu saklarnya, haha.
Tidak ada transportasi umum di desa. Jika ingin keluar ada travel untuk ke kota pada jam tertentu, selebihnya mengandalkan pinjaman motor polindes atau motor tetangga.

3.       Kebiasaan masyarakat yang menarik : 

a.       Hari kalangan atau hari pasar
Setiap desa punya hari pasar sendiri. Hari pasar maksudnya adalah hari liburan di desa tersebut. So, saatnya orang-orang menghabiskan uang yang diperoleh selama seminggu bekerja menyadap karet. Mereka pergi ke pasar untuk membeli stok bahan makanan selama satu minggu ke depan. Lalu berlibur atau sekedar istirahat di rumah. Masyarakat juga mengadakan acara pernikahan pada hari kalangan. Kegiatan yang melibatkan banyak orang juga diadakan pada hari ini, seperti posyandu atau penyuluhan lain. Oiya, hari pasar ini bukan saja di weekend ya, tapi dari senin sampai ahad semua sudah terbagi di desa berbeda. Uniknya, ketika hari pasar, jika ada hajat di desa, anak-anak halal untuk libur sekolah dan pegawai halal untuk libur kerja. -_-

b.      Kepercayaan terkait kesehatan
Bayi-bayi yang baru lahir diikatkan gunting dan paku di bajunya untuk menghindari gangguan setan, katanya. Sesaat setelah lahir, bayi juga diberi kopi hitam 1-2 tetes agar tidak step, katanya. Trus tali pusatnya diberi tai kambing supaya mudah kering, katanya. Bayi juga tidak boleh keluar rumah sebelum berusia 40 hari, hal ini menyulitkan pemberian imunisasi HB0 dan BCG.

c.       Lelang sungai
Ini adat yang membuat saya geleng-geleng kepala. Gillss, di kabupaten kami, sungai itu dilelang! Harganya nggak maen-maen, ratusan juta. Jadi, sungai di desa dibuat berkapling-kapling kemudian dilelang kepada orang-orang kaya. Sistemnya itu lho, lelang! Seru banget liat orang-orang sebut nominal gede-gede untuk mendapatkan kapling sungai.
Sebenernya banyak juga ya orang-orang berduit di desa, tapi kok?
Oiya, temen-temen bisa coba cek di gugel informasi tentang lelang sungai lebih lengkapnya J ini menarik.

d.      Kuliner
Siapa yang nggak tau kalau Sumatra selatan terkenal dengan empek-empek yang endes! Nggak cuman empek-empek, tapi juga teman-temannya yang berbahan ikan. Dari awalnya kembung berhari-hari karena nggak kuat cuko sampai sekarang saya bisa minum cuko kayak air putih aja. Segala kuliner sumsel pokoknya endes! Hampir setiap kali acara, empek2 dan kawan2nya itu jadi menu utama. Mantap! Puas banget sama makanan olahan ikan setahun.

4.      Hal yang akan selalu terkenang, keramahan dan kebaikan masyarakat Indonesia, di manapun.
Orang-orang daerah itu kadang baiknya sampai nggak ketulungan lho. Bahkan orang yang baru banget dikenal, mereka sudah mau bawakan banyak bahan makanan untuk stok kami makan berhari-hari. Pulang penyuluhan, eh dibawain singkong sekarung. Pulang posyandu, eh ada traktiran tekwan. Pulang pelatihan, eh malah diajakin jalan ke kota. Masyaallah banget rezeki dalam setahun kemarin.
Kami belajar untuk tidak khawatir tentang harta. Kalau hidup di kota mungkin sehari tidak pegang uang sudah bingung cari pinjaman hanya untuk makan. Tapi merasa hidup di desa, berhari-hari tidak pegang uang juga santai saja. Kadang rezeki datang sendiri atau halal kok ambil di kulkas raksasa berupa kebun atau sungai yang tidak hanya menyediakan tapi juga memproduksi makanan.

5.       Lingkungan dan cuaca yang berbeda
Sumsel memang panas si, kulit jadi semakin eksotis, hehe #akurapopo. Lingkungan kedua adalah perubahan nada bicara. Hampir 90% teman dan keluarga saya kaget ketika telpon, “lhoh kok Solonya ilang?” haha. Mungkin karena terlalu menghayati bahasa, hingga logat dan nada suarapun meninggi.

Overall, dari kehidupan baru yang dihadapi ini, kami belajar untuk cepat beradaptasi dan menikmati indahnya hari yang benar-benar baru dari kehidupan kami sebelumnya. Menarik dan seru sekali.



Gambar 3. Budaya dan adat setempat pada bayi yang baru lahir.


Best practice selama di penempatan
1.       Kemampuan komunikasi
Menjadi tenaga kesehatan kami dituntut untuk bisa membedakan cara berkomunikasi baik formal maupun informal kepada semua lapisan masyarakat. Mulai bupati, dinas, kecamatan, stakeholders, perusahaan, pegawai puskesmas, kepala desa, kader, masyarakat, ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, polisi, guru, hingga balita. Semua tingkatan masyarakat dan semua stakeholders harus dilibatkan dalam perbaikan pelayanan kesehatan tingkat pertama di masyarakat. Bersyukur sebab dukungan pemda dan dinkes sangat baik dalam persoalan ini.
Pun dengan jalinan pertemanan. Daerah Sumatra selatan yang terkenal dengan “keangkeran begal” memang nyata ada. Tapi lingkaran pertemanan kami juga harus luas dong biar aman.

2.       Advokasi
Tugas kami yang lain adalah advokasi. Mengajukan fasilitas kesehatan yang memadai termasuk obat kepada dinas kesehatan. Bentuk advokasi lain adalah alokasi dana desa untuk kesehatan (pelayanan posyandu, posbindu, akses terhadap jamban, dll.). Hingga satu tahun kemarin, bersama puskesmas, kami berhasil mengadvokasi 3 desa untuk memfasilitasi warganya membuat jamban keluarga. Dan hampir semua desa telah mengalokasikan dana desa untuk posyandu dan pengadaan alat posyandu.

3.       Kemampuan apa saja
Kompetensi sebagai professional kesehatan di masyarakat wajib ada. Tapi kemampuan di luar itu perlu, karena jika di penempatan, orang-orang taunya kami serba bisa. Tapi yakinlah pasti bisa kok jika sudah kepepet,jadi apapun. Sekalipun suruh nemenin Bupati nyanyi di depan panggung, haha #curhatlagi.

4.       Anggapan “mata-mata” pemerintah.
Tim kami adalah PN pertama di penempatan baru, sehingga kehadiran orang baru kadang menarik hati banyak orang tapi juga dicurigai sebagai “mata-mata kementrian”. Itu adalah wajar. Cara bersikap dan pendekatan interpersonal perlahan mampu merubah persepsi orang-orang dari anggapan mata-mata menjadi orang terpercaya.

5.       Sistem
Kami mulai membaca dan belajar bagaimana sistem di desa bergulir dengan berbagai kepentingan yang terlibat. Termasuk tentang peraturan desa, dana desa, dan politik yang berjalan di sana. Sekedar tahu saja. Mengintervensi yang bisa diintervensi melalui musrenbang desa, terutama untuk masalah kesehatan.

6.       Potret langsung masyarakat daerah.Kasus yang terjadi baik kesehatan atau tidak, mau tidak mau kita terlibat.

7.       Faktor X yang sangat beragam, misalnya ekonomi atau kebiasaan masyarakat
Faktor ini yang paling berpengaruh terhadap segala masalah kesehatan. Anggapan masalah yang menurut masyarakat itu bukan masalah (problem is a friend) adalah hal yang sulit. Kita harus bisa memutar otak untuk merubah keyakinan mereka bahwa masalah kesehatan harus dipandang sebagai masalah.

8.       Tantangan mental
Sikap dan sifat orang yang berbeda-beda akan dihadapi. Sampai pada keyakinan bahwa “kok ada ya orang kayak gitu, adaaaa.” Maka mental yang kuat dan sikap yang dewasa perlu terus dilatih. Ini benar-benar menjadi kunci:  sabar, tangguh, dan tabah sampai akhir!



Tugas utama ahli gizi Pencerah Nusantara selama penempatan
Saya merasa bahwa seorang ahli gizi sangat penting ada di antara masyarakat, terutama di daerah. Kompetensi ahli gizi sangat dibutuhkan sebab masih banyak ketidaktahuan yang terjadi di masyarakat, tentang gizi yang baik.
Dulu saya kira, gambar kasus gizi buruk baik balita atau dewasa hanya ada di buku pelajaran kampus atau di internet saja. Kasus lama untuk pembelajaran dan jaman sekarang mestinya sudah tidak ada apalagi di Indonesia. Tapi ternyata di negeri kita sendiri masih ada dan ‘tersembunyi’. Satu pengalaman nyata yang menampar saya ketika di penempatan adalah mendapatkan kasus gizi buruk ekstrim yang gagal dalam penanganan. Ternyata kasus-kasus serupa masih ada di masyarakat, saya masih bersyukur bahwa kasus-kasus yang muncul kemudian tidak se-ektrim sebelumnya.

Sebagai tenaga kesehatan, kita hanya perlu sejenak melihat ke dalam, makaakan dihadapkan kasus riil di lapangan yang benar-benar akan membuka mata bahwa kita tidak bisa diam saja.
Ketika sudah banyak negara-negara maju di luar sana yang fokus gizinya ke orang sehat, kita kok masih ngurusin yang kurang-kurang dan masih tetep ada. L


Apa yang sudah kami kerjakan bersama Puskesmas selama satu tahundan masih diestafetkan hingga sekarang?
  • Program kelas ibu hamil rutin oleh bidan desa sendiri
  • Pembinaan kader posyandu dan integrasi posyandu PAUD untuk menaikkan D/S (jumlah balita yang hadir di posyandu setiap bulan)
  •  Pendataan dan intervensi pada balita dibawah garis merah.
  • Program Sriwijaya Muda , pembentukan kader kesehatan di SMA, yang sekarang telah merekrut anggota baru dan masuk dalam ektrakurikuler di SMA. Kader kesehatan ini bertanggungjawab dalam mempengaruhi teman-teman sebaya mereka untuk tidak merokok dan tidak mencicip narkoba.
  • Akreditasi puskesmas, Alhamdulillah proses penilaian akreditasi puskesmas telah berlangsung bulan Juli dan hasilnya telah keluar akhir September kemarin. Persiapan akreditasi hanya setahun.
  • Telah terbentuk beberapa posbindu (kontrol dan promosi kesehatan untuk orang dewasa dan orang tua) aktif yang sebelumnya tidak ada dan beberapa kegiatan lain yang mulai aktif.


Tugas utama PN adalah menemukenali aktor lokal yang mampu menjadi agen perubahan. Fokus kita mendorong dan memotivasi aktor lokal untuk mengoptimalkan potensi mereka. Aktor lokal menjadi ujung tombak pelaksanaan kegiatan di desa yang berkelanjutan, maka mereka yang menjadi kunci. Kita mengandeng semua aktor yang terlibat, tidak hanya petugas kesehatan, tokoh kunci di desa, tetapi juga pemerintah setempat. Semua dilibatkan agar merasa dirinya penting. PN adalah pemantik saja, bukan penjalan program utama. Mulai dari awal, PN melibatkan pegawai puskesmas dan stakeholder. Begitupun ketika analisis masalah dan perumusan program intervensi. PN tidak bekerja dengan 5 orang dalam tim saja, tetapi juga dengan puskesmas dan stakeholders. Program intervensi PN adalah program puskesmas juga, sehingga harus didukung, didanai, dan dijalankan oleh seluruh pegawai puskesmas. Pun dengan daerah, desa, stakeholders, dan masyarakat, semua terlibat.  

Gambar 4. Kegiatan senam bersama desa


Apa yang paling membekas?
Semua detail setahun di penempatan sangat membekas. Rasa senang melihat bayi yang berhasil memperoleh haknya ASI Eksklusif, melihat senyum seorang Bapak yang mempu memilih makanannya agar gula darahnya stabil dan jarang sakit, melihat remaja yang bisa melarang merokok pada temannya sendiri. Hal-hal kecil itulah yang justru menjadi penghargaan tertinggi untuk pribadi. Rasa yang tak ternilai. Apalagi sampai sekarang masih terus mendapat kabar tentang satu kegiatan Taman Baca Masyarakat (TBM) yang diinisiasi oleh kader posyandu. TBM yang telah aktif dan tersebar di beberapa desa. Poin tambahnya lagi, TBM adalah salah satu media penarik agar anak-anak hadir dalam posyandu.
(Ini adalah perubahan positif, sebab angka D/S posyandu awalnya parah. Dalam 1 desa yang terdapat 200-250 balita, setiap kali posyandu hanya hadir 30an anak. Namun berkat program dan penarik diluar program ini D/S terus membaik, yeiy).
Banyak kami temui tokoh-tokoh masyarakat, pemerintah, sekolah, dan pemuda yang peduli dan mau bergerak dalam perubahan. Kami berharap mereka mampu membawa estafet lebih jauh lagi ke depan untuk perubahan perilaku sehat yang lebih baik.


Cara dan tips bergabung di Pencerah Nusantara
Pencerah Nusantara membuka oprec 1 kali setiap tahun, sekitar bulan Oktober. Pendaftaran dapat dilihat melalui website pencerahnusantara.org atau pantau berbagai sosial media yang ada. Seleksi PN terdiri atas beberapa tahap, yakni administrasi, direct assessment meliputi psikotest, FGD, dan interview. Tahap terakhir adalah MCU. Setelah lolos, peserta akan mengikuti pelatihan intensive di Jakarta selama 7 minggu sebelum penempatan.
Sekali masa oprec persaingan di PN mencapai 3000an aplikan. Tips saya adalah ceritakan dengan menarik siapa diri kalian serta tunjukkan ketertarikan dan keseriusan untuk terlibat di Pencerah Nusantara. Ini adalah setahun yang bermakna untuk membentuk karakter dan pengalaman di masyarakat lebih nyata, bukan hanya peningkatan kapasitas profesi tapi juga bermasyarakat sesungguhnya.

Sekian.

Kontak:
Email               maharani.jibb@gmail.com
Instagram        @maharanijibril
@muaraenim_pn4
@pencerahnusantara
Website               www.pencerahnusantara.org



“Sambil mencintai dan mengenal Indonesia, juga membawa kebaikan dan manfaat bagi sesama,”
(Sugeng Rahagijo, INFID).



Tidak ada komentar: