Materi ini merupakan rangkaian dari Online Sharing Spesial Bulan Agustus. Online Sharing Spesial Bulan Agustus adalah sesi spesial Bulan ASI yang menghadirkan 3 narasumber dari AIMI. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) adalah organisasi nirlaba non pemerintah berbasis kelompok yang mendukung ibu menyusui dengan cara mempromosikan, mengedukasi, melindungi, dan mengadvokasi mengenai pentingnya menyusui dan risiko formula. AIMI memiliki 15 cabang di berbagai provinsi salah satunya AIMI Jogja, dan 9 ranting di berbagai kota/kabupaten salah satunya AIMI Bantul. AIMI kerap melakukan kegiatan edukASI rutin seperti Kelas edukASI menyusui, MPASI, sosialisASI menyusui, dan konseling home visit. Segala donASI yang masuk ke kas AIMI dipergunakan untuk kegiatan promosi dan edukASI menyusui.
Materi ini menghadirkan
Kak Nurul Jamilah dengan judul topik "Jadi
Edukator Menyusui di Usia Muda? Bisa!". Perempuan yang akrab dipanggil Kak Nunu ini merupakan alumni Gizi
Kesehatan FK UGM tahun 2008. Saat ini
Kak Nunu sendiri dipercaya sebagai Ketua Asosiasi Ibu
Menyusui Indonesia cabang Jogja (AIMI JOGJA) periode 2017-2022. Walaupun masih muda, Kak Nunu berperan aktif
dalam mengedukASI menyusui baik home visit maupun melalui kelas dan
sosialisASI. Sudah 4 tahun belakangan beliau menjadi laktivis (sebutan untuk
para aktivis penggalak menyusui) dengan status single. Kak Nunu bangga bisa
sedikit berperan untuk memajukan SDM Indonesia dengan usianya yang masih muda. Tentunya itu bukan
hal yang mudah. Status single di dunia yang lekat dengan ibu-ibu ini bisa menjadi
pedang bermata dua buat beliau akan tetapi beliau berhasil menaklukan perasan
tersebut dengan kebijaksanaan dan kedewasaan dalam menyikapinya.
Jadi konselor menyusui? Kenapa tidak!
Menjadi konselor menyusui berarti memperluas andil di
dunia menyusui. Konselor menyusui bisa memotivasi, mengedukasi, bahkan
mengadvokasi kegiatan menyusui. Bukannya tidak mungkin kalau beberapa dari
teman-teman ingin menjadi konselor menyusui di usia yang masih muda, atau bahkan belum menikah.
Konselor menyusui berbeda dengan konsultan laktasi.
Untuk menjadi konselor menyusui, siapapun dari background pendidikan manapun
bisa asal mengikuti pelatihan konseling menyusui 40 jam modul WHO/UNICEF tanpa
melewatkan 1 sesi pun. Sedangkan konsultan laktasi adalah tenaga kesehatan yang
mengikuti course khusus IBCLC. Konselor menyusui melakukan konseling dengan
mempertimbangkan sosioemosi klien. Karena itu keterampilan menggali informasi, berempati, dan memuji merupakan kompetensi konselor
menyusui. Sedangkan konsultan menyusui adalah orang yang kompeten memberikan
konsultasi mengenai permasalahan menyusui, dan memberikan tindakan medis jika
diperlukan.
Trus, siapa kita? Di
mana peran kita?
Kita bisa menjadi ANGGOTA
KELUARGA ibu menyusui. Mungkin saat Kakak, Adik, atau saudara kita sedang
menyusui. Kalau kamu laki-laki bisa jadi kamulah SUAMI dari ibu menyusui.
Kita bisa menjadi TENAGA
KESEHATAN untuk ibu menyusui.
Kita bisa MENGUPAYAKAN
FASILITAS KESEHATAN yang sayang ibu dan bayi sebagai tenaga kesehatan.
Kita bisa jadi TEMAN SEKANTOR
untuk ibu menyusui.
Atau, bisa jadi kita yang DUDUK
DI JAJARAN PEMERINTAHAN.
Kamu bukan suami, bukan anggota keluarga, teman sekantor
dari ibu menyusui?
Kamu bukan dokter, perawat, bidan, atau ahli gizi?
Bukan pula yang punya rumah sakit atau klinik bersalin?
Bukan birokrat?
Apalagi....BUKAN IBU-IBU?
Jangan sedih. Kamu tetap ANGGOTA
MASYARAKAT yang akan selalu bermasyarakat. Sama sekali bukan tidak mungkin
kamu ditakdirkan untuk kontak dengan seorang ibu menyusui dan menjadi SAHABAT
yang memotivasi untuk terus memberikan makanan terbaik dari yang paling baik
untuk bayi.
Artinya, untuk mendukung menyusui bukan masalah kamu
sudah menikah atau belum, kamu tua atau muda, atau punya anak atau belum. Siapa
saja, di posisi mana saja, bisa memberikan semangat dan memberikan dukungan
terbaiknya untuk ibu menyusui SESUAI
PERANNYA MASING-MASING.
Karena itu, saya, kamu, kalian, dan teman-teman dibutuhkan agar
semakin banyak yang menyusui. Tidak perlu melakukan hal yang bombastis. Mulai
dari yang paling kamu bisa dan dari yang paling mungkin kamu lakukan. Kamu bisa
jadi :
✔ Motivator
Memberikan motivasi agar ibu mau menyusui.
✔ Edukator
Edukasi adalah kegiatan transfer informasi yang dapat merubah sikap
dan perilaku. Edukator menyusui memberikan informasi-informasi dasar tentang
menyusui dari sumber yang ilmiah dan dapat dipercaya.
✔ Advokator
Mengawasi dan mengawal agar ibu mendapatkan haknya untuk menyusui
kapan pun di manapun.
✔ Fasilitator
Fasilitator adalah konselor yang mengikuti training
of trainer (ToT) dan dapat melatih konselor menyusui
Kita bisa mendukung ibu-ibu menyusui dengan cara yang sederhana.
Misalnya, saat menengok teman atau saudara yang habis melahirkan kita tidak
menanyakan "ASI nya cukup gak?" atau komentar "kayaknya ASImu
dikit deh...nggak keluar tuh" karena bukan itu yang ibu butuhkan. Komentar
atau pertanyaan bersifat judging sebaiknya dihindari karena bisa membuat ibu
stres dan menurunkan oksitosin ibu. Apalagi kalau sampi menyarankan sufor.
Kalau memang kamu peduli dengan ibu yang habis melahirkan, lebih baik diberi
semangat yang membangun seperti, "kamu pasti bisa kok nyusuin. Kalau
bayimu nyusu terus nanti produksi ASI mu pasti meningkat." Akan lebih baik
lagi jika kamu memberikan nomor kontak konselor menyusui. Si Ibu pasti akan
sangat berterima kasih. Akan lebih banyak yang bisa dilakukan jika kamu adalah
seorang konselor menyusui. Selain memotivasi kamu bisa langsung mengedukasi
dengan melakukan konseling menyusui (jika ibunya bersedia)
Helpful tips!
Kalau memang punya keinginan mengedukASI menyusui, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan kita sebagai anak muda :
🌸LURUSKAN NIAT
Niat yang baik adalah awal mula proses belajar yang baik. Luruskan
niat UNTUK MEMBANTU IBU MENYUSUI DAN MEMBERDAYAKAN DIRI. Jangan niatkan hanya
untuk mencari panggung atau hanya agar “dipandang” baik di mata calon mertua.
Itu nggak banget. Kalau dari awal niat kita sudah benar, kita akan lebih tenang
dalam menghadapi komentar-komentar yang kurang membangun. Kita tidak bisa
mengatur orang lain untuk tidak menilai kita, tapi kita bisa memanajemen diri
kita dalam menerima kritikan dan komentar.
Dengan niat yang lurus,
komentar “Mbaknya nikah aja belum, kok udah ngurusin nyusuin?” dari kerabat
ataupun klien biasanya saya jawab sambil senyum. Sebuah tindakan tidak melulu
soal sebab-akibat. Ini masalah sejauh apa kamu memandang ke depan. Begitupun
saya, ataupun kamu. kita mungkin belum pernah punya menyusui. Tapi saya percaya
bahwa saya sedang bergerak supaya masa depan bangsa bisa lebih cerah lagi
dengan semakin banyak bayi yang disusui.
🌸TALK LESS, DO MORE
Saya terima, saya memang masih sangat miskin pengalaman. Tapi dengan
niat yang insya Allah lurus (dan mudah-mudahan tidak akan belok) saya lebih
tenang menanggapi komentar oh-kamu-cuma-teori-doang dari senior citizen dengan
cara menunjukkan bahwa saya bisa membantu. Ini tips penting. Ketika kamu
dikomen bahwa kamu muda dan tidak mengerti tentang menyusui, cukup SENYUM, DAN
BUKTIKAN! Sebaiknya tidak habiskan energimu dengan berdebat atau menggalau (walaupun pasti ada
fasenya akan galau karena komentar semacam itu), dan fokuskan bantu ibu
menyusui sampai masalahnya teratasi.
🌸BELAJAR DARI SETIAP KASUS
Setiap halangan dan rintangan menyusui yang dialami setiap ibu
berbeda-beda. Tidak ada kasus yang benar-benar sama, pasti ada perbedaannya
walau hanya setitik. Pelajari setiap masalah dan situasi setiap kasus penting
dilakukan agar dapat mengedukasi dengan tepat sasaran. Pelajari juga setiap
kelebihan dan kekurangan yang ada di dirimu.
🌸 TAHU BATASAN
Tahu batasan di sini maksudnya adalah menyadari apa yang bisa kita
lakukan dan apa yang tidak dan perlu dirujuk ke yang lebih kompeten. Seorang
konselor menyusui pun harus merujuk ke tenaga medis atau IBCLC (konselor
laktasi) jika sekiranya masalah yang dihadapi ibu menyusui sudah masuk ke ranah
medis atau membutuhkan tindakan medis, seperti pemotongan tali lidah, atau
infeksi.
🌸LAKUKAN SESUAI PERAN
Dan yang tidak kalah penting, kita bisa mendukung menjadi pendukung
menyusui sesuai dengan peran kita. Misal :
-
Suami memberikan dukungan
kepada istri, dan menjadi supporter agar ibu semangat menyusui
-
Keluarga memberikan dukungan
dengan tidak menggunakan dot atau empeng kepada bayi
-
Memberi waktu teman kantor yang
sedang menyusui untuk memerah. Masih sering terjadi ibu yang meminta waktu
untuk pumping ASI “dinyinyirin” karena dianggap mendapatkan waktu istirahat
lebih banyak. Padahal, waktu-waktu tersebut dimanfaatkan untuk pumping ASI.
Dengan memerah secara teratur saat terpisah dari bayi, pasokan ASI tetap
terjaga untuk bayi.
Berempati terhadap ibu menyusui, terutama yang baru saja melahirkan
dengan tidak menanyakan ASI banyak atau tidak, men-judge ASI jelek atau perahan
ASI sedikit. Menjaga agar ibu menyusui tetap punya mood yang positif, terutama
pasca kelahiran, itu penting.
So, generasi muda jangan takut membuat kebaikan. Untuk mengedukasi
menyusui usia dan status bukan masalah. Kadang2 yang jadi masalah dan jadi penghambat
adalah diri sendiri. Karena itu, coba takhlukan dirimu sendiri dan coba
bergerak. Yuk dicoba untuk bergerak. Yang tadi pengen jadi edukator, ayo
bergerak!
Bila ada diskusi dan pertanyaan lanjutan yang ingin disampaikan, bisa secara langsung menghubungi list kontak di bawah ini :
email : kontak.aimijogja@gmail.com
fb : AIMI Jogjakarta
Ig : @aimijogja
Twitter : @aimi_jogja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar