Nutripreneur : SidoSemi Catering // Kunti Grahini Tendisari - Bergizi_OnlineSharing

Kamis, 21 Desember 2017

Nutripreneur : SidoSemi Catering // Kunti Grahini Tendisari





Terjun di dunia wirausaha mempunyai cerita tersendiri yang penuh lika liku, apalagi saat menjatuhkan pilihan untuk memulai usaha secara profesional dan kemudian menekuninya. Dengan  tekad dan pengalaman yang saya miliki selama sekolah dan kuliah, saya beranikan diri untuk fokus mengembangkan diri dalam usaha catering.

Sebelum Sidosemi, saya sudah belajar memulai usaha catering dari SMA. Waktu itu catering tanpa brand, customer hanya dari teman teman sekolah dan untuk event event sekolah juga. Kalo boleh dibilang masih dengan sistem yang amburadul, tanpa manajemen. Misal dapat order, dapat DP, belanjakan, proses memasak, packing, delivery, pelunasan, SELESAI. Saya tidak menghitung berapa persen untuk belanja bahan, berapa persen untuk operasional, berapa persen untuk kas, berapa persen laba, dll. Uang yang tersisa saya anggap laba bersih, berapa sih yang tersisa? Bisa buat bayar les sendiri di bimbel, terhitung lumayan kan. Tapi usaha tidak berkembang, ya karena buat sambilan saja, utamanya ya sekolah. Begitupun pada saat kuliah, catering tetap berjalan, orderan dari teman teman kampus dengan berbagai acara yang lebih banyak daripada masa SMA.

Apakah sama amburadulnya? saat itu saya kuliah di Gizi Kesehatan yang tanpa disadari membuka wawasan yang lebih banyak tentang manajemen penyelenggaraan makanan, pengembangan menu, antropologi kuliner, ilmu bahan makanan, dan lain lain yang berkaitan dengan usaha jasa catering. Paling tidak sudah mulai menghitung perencanaan belanja, menghitung biaya operasional, serta menerapkan pengolahan makanan dan menu yang lebih baik.

Pengalaman berlanjut ketika saya memutuskan untuk “ikut orang” dulu. Mengapa? Saya ingin merasakan jadi pegawai dulu, biar besok tahu bagaimana seharusnya memperlakukan pegawai dengan baik, bagaimana jika saya di posisinya, keluhan apa yang biasanya dirasakan, serta apa yang membuat orang senang dan loyal bekerja di suatu perusahaan. Saya akhirnya bekerja sebagai ahli gizi di salah satu perusahaan catering besar di Jogja, mengurusi tender. Banyak berurusan dengan dokumen dokumen pengadaan konsumsi di instansi instansi pemerintah, terutama membuat menu, menghitung kalori, yang semuanya harus dibuat sesuai dengan spesifikasi. Sampai akhirnya saya dilatih membuat perencanaan, indeks bahan, bahkan keuangan. Terakhir saya ditugaskan di Jakarta untuk mengurus administrasi tender yang sedang dikerjakan di sana. Apa yang saya dapatkan adalah mulai dari penerapan ilmu komunikasi (dengan client maupun supplier), purchasing, manajemen SDM, manajemen waktu, keuangan, strategi bisnisnya, dan lain lain.


Banyak kan hal hal yang harus dipelajari dalam usaha catering? Tidak sesederhana yang dibayangkan, tapi semuanya seiring dengan waktu kok. Saya masih belajar banyak. Rugi? Pernah. Pas pasan? Pernah. Untung? Pernah. Yang penting perbanyak pengalaman, nanti rejeki dari Tuhan mengikuti.








Memulai Sidosemi berbekal pengalaman yang ada, banyak godaan dan ujian itu pasti. Dunia wirausaha itu penuh dengan ketidakpastian, tidak ada yang bisa menjamin sebulan dapat sekian rupiah seperti layaknya pegawai swasta atau PNS. Usaha catering membutuhkan fisik, ide, dan strategi untuk terus berkembang, di sinilah seninya. Memang harus dipikirkan matang matang, siap tidak mengambil resiko, berani tidak mengambil keputusan, dan mau tidak berusaha untuk menciptakan usaha yang sustainable. Kuncinya jangan mudah bosan atau putus asa, ada masanya usaha itu naik maupun turun, dan ini pun tergantung dari diri kita sendiri karena saya pun tidak luput dari rasa putus asa.

Biar semua tidak dipikirkan sendiri lalu mumet sendiri, mari bekerja dalam tim. Kekompakan tim dibentuk melalui rasa memiliki sehingga semua punya rasa tanggung jawab untuk merawat dan menumbuhkan agar Sidosemi benar benar sido bersemi.

Lalu apa saja kegiatan Sidosemi? Pertama dan utama adalah pelayanan jasa penyelenggaraan makanan yang mengunggulkan menu menu khas Indonesia. Kedua adalah penyuplaian bahan baku maupun makanan jadi untuk usaha lain seperti rumah makan atau personal order. Saat ini Sidosemi mempunyai puluhan mitra baik dari petani, pedagang, maupun UMKM.








Bagaimana cara mencari pasar? Kalau catering harus lebih banyak bersabar, proses penetrasi pasar tidak bisa seperti rumah makan misalnya. Untuk membuat orang ingin mencoba catering baru itu tidak mudah, berbeda dengan rumah makan, dibuat hits langsung banyak orang ingin mencoba. Kami butuh waktu untuk meyakinkan calon pelanggan yang sebelumnya mereka sudah berlangganan dgn catering lain. Pada awalnya dari teman, saudara, maupun tetangga dulu. Setelah ada cukup modal kami coba membuat test food yang kami berikan di instansi instansi maupun beriklan di media sosial dan mencoba membuat penawaran penawaran. Itupun harus berkali kali dulu prosesnya. Mari dinikmati setiap proses tersebut. Tidak perlu risau jika ada yang mencemooh bahwa usaha kita tidak akan ada hasilnya atau misal masih sepi, ingat ini semua butuh PROSES.

Melalui proses tersebut by the time kita akan tahu celah celah yang bisa dimasuki, mulai dari variasi menu yang disukai calon pelanggan, target pemasaran yang tepat sasaran, persaingan dengan kompetitor yang tidak perlu dirisaukan, strategi pemasaran yang efektif, sampai cara agar tetap semangat menjalaninya J

Karena sudah terlanjur belajar ilmu gizi, maka wajib bagi saya untuk menerapkannya. Menjunjung tinggi moralitas dengan menyediakan makanan yang baik dan sehat, tidak asal asalan dibuat. Bekerja memakai hati nurani. Misalnya, tidak menggunakan bahan yang busuk maupun yang sudah berjamur, mencuci bahan setiap akan dimasak, tidak memakai bahan yang berbahaya untuk menguntungkan diri sendiri, dan mengusahakan tempat pengolahan yang layak. Selain itu penting untuk mengedukasi lingkungan, terutama keluarga dan karyawan, memberikan contoh yang baik dan memberikan alasan mengapa harus begini. Salah satu pengaruh yang sangat terasa adalah sekarang karyawan tidak berani menyentuh makanan ready to eat tanpa alat atau sarung tangan, kalaupun terpaksa pakai tangan telanjang mereka akan ijin saya dulu dan tanpa ditanya pun mereka akan bilang sendiri kalau sudah cuci tangan J Cuci tangan ini penting saya tekankan ketika proses penyelenggraan makanan,  seperti yang saya teliti di skripsi saya, praktek mencuci tangan di rumah makan ternyata masih rendah. Saya tidak ingin ini terjadi di tempat kerja saya. 


Inilah hal kecil yang bisa saya lakukan sebagai seorang lulusan Gizi Kesehatan dengan usaha yang masih kecil kecilan. Semoga bermanfaat J


Lebih lanjut bisa di akses informasi bisnis usaha-nya melalui www.sidosemi.com; Instagram dan Facebook : @sidosemi.id @sidosemi.jogja







Tidak ada komentar: